Sabtu, 06 Desember 2014

The Queen

Elsa sedang berada di dalam ruangan pelayan saat itu, tiba-tiba ada seorang pemuda dengan seragam prajuritnya yang menarik tangannya keras. Menunjukkan perilaku raja yang sedang duduk berdua bersama dengan salah seorang pelayan. Elsa yang melihat itu hanya diam saja. Dia tidak mau kalau prajurit itu tau kalau dia memang benar-benar jatuh hati pada raja. Dia hanya seorang putri dari sebuah kerajaan yang dijodohkan dengan seorang pangeran yang sekarang menjadi raja. Elsa tahu kalau raja tidak pernah benar-benar mencintai Elsa. Pernikahan mereka benar-benar dipaksakan.
"Sudah beberapa kali aku melihat raja seperti itu, bahkan dengan seorang gadis pemandu wisata, tuan putri."
"Aku tidak peduli. Aku tidak pernah peduli dengan raja, aku pikir semua orang tahu kalau raja tidak pernah mencintaiku dan peduli padaku, yang mereka tahu, akulah yang memaksa kedua orang tuaku agar dijodohkan dengan raja,"  Namun Elsa teringat saat raja melindunginya di sebuah hutan. Dia juga teringat saat raja menggenggam tangannya saat di pertemuan kerajaan. Elsa tahu kalau sang raja adalah sosok yang selalu dipuja banyak wanita, dan raja pun adalah seseorang yang terlalu rendah hati, Seperti seorang artis yang mempunyai banyak fans dan menghargai fansnya yang kebanyakan para wanita. Namun seharusnya para wanita itu sadar diri kalau raja sudah mempunyai istri. Mereka hanya mengira kalau perjodohan itu hanyalah sebuah paksaan dan tidak tahu kalau ratu mereka benar-benar jatuh cinta pada raja. 
"Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran raja, dia selalu berbaik hati pada wanita-wanita itu dan memberi harapan pada wanita-wanita itu." 
Pemuda tersebut hanya menatap sang ratu dengan tatapan sedih, meskipun sang ratu menutupi perasaannya, tersirat wajah kecemburuan pada sang ratu. Pemuda itu terluka melihat wanita yang dicintainya bersedih karena orang lain, dia hanya ingin tahu reaksi yang sebenarnya dari sang ratu. Ternyata sang ratu benar-benar mencintai raja. 
"Satu hal, kamu adalah satu-satunya orang di kerajaan ini yang tahu kalau aku tidak peduli pada raja, dan kenapa kamu selalu peduli padaku, sedangkan orang-orang tidak ada yang pernah peduli padaku."
"Maaf, tuan putri"
"Kenapa minta maaf? seharusnya aku yang berterima kasih."
"Ya, tuan putri."
Raja muda itu adalah raja Fritz, dia adalah raja yang tampan dan rendah hati, menurut kebanyakan wanita yang hatinya telah dibuat meleleh oleh sang raja.

"Hey, beautiful boy, bagaimana hari-harimu di istana? apakah kamu hanya berdiri mematung di gerbang dengan seragam prajurit besimu itu?"
"Tidak seperti itu."
"Lalu apa? ayolah, ambisimu untuk masuk istana sudah tercapai kan? hmm menurutku belum, bukankah kau ingin menjadi perdana menteri istana? atau kau ingin menjadi raja? sang ratu adalah orang yang cantik, aku akan merasa beruntung memilikinya, sekaligus menyesal karena kekonyolannya"
"Hey, berhenti menyebut sang ratu adalah orang yang konyol."
Mengapa tidak? menjadi raja lalu memiliki sang ratu. Aku tidak tahan melihat sang ratu terus bersedih. Sungguh impian yang tidak mungkin.
Akhirnya, Peter, pemuda tersebut mempunyai rencana agar bisa membuat raja turun takhta. Dia berusaha keras agar bisa menjadi seorang perdana menteri. Dia belajar, belajar, dan mempelajari peraturan-peraturan kerajaan. Dia akan menjadi seorang perdana menteri yang berpengaruh. Akhirnya datanglah saat-saat tersebut, setelah melalui masa-masa sulit, dimana dia harus bersabar terhadap cemoohan, akhirnya dia berhasil mencapai posisi tersebut. Sang ratu pun memberi selamat.
"Mungkin kau bisa menjadi perdana menteri atas kebaikanmu padaku." ratu berkata dengan ceria kepada Peter.
"Aku melakukan ini demi tuan putri."
"Apa? apa maksudmu?"
"Tidak, tuan putri, aku hanya termotivasi agar tuan putri tidak malu karena berteman dengan seorang prajurit. Akan lebih baik kalau aku menjadi perdana menteri."
"Hmm sebenarnya aku tidak malu, hanya kau saja yang berpikiran seperti itu."
Peter tersenyum atas kepolosan sang ratu.

Akhirnya pada suatu hari
"Apa yang kau lakukan? aku raja, aku yang berhak mengatur semuanya!" suara keras Fritz hampir mengagetkan semua yang ada di dalam ruangan.
"Tapi tuan, kami tidak bisa melawan kehendak rakyat yang sudah terlalu membenci tuan."
"Kenapa? aku memang tidak pernah membuat keputusan itu. Itulah kenyataannya. Apakah kebaikanku dibalas dengan perbuatan seperti ini."
"Kami sudah mengingatkan tuan untuk menjaga diri."

Tenyata, dulu ayah Elsa sudah tidak sanggup lagi menahan sakit yang sudah dideritanya bertahun-tahun, dan tidak mau Elsa hidup sendiri tanpa seseorang yang melindungi Elsa. Akhirnya, sang raja memohon kepada teman terbaiknya, sang raja di kerajaan Gyonia agar menikahkan anaknya dengan putri satu-satunya. Dia tidak peduli lagi siapapun yang akan memimpin kerajaannya. Akhirnya rakyat hanya mengira bahwa pangeran Fritz saat itu hanya terpaksa untuk menikahi putri Elsa dan marah kepada Elsa karena pangeran tampan nan rendah hati  mereka harus menikahi seorang putri yang memaksa.

Peter berkata pada Elsa "Kalau tuan putri tidak bahagia bersama raja, aku bisa membuat tuan putri bahagia,"
"Aku tidak mau, meskipun aku tidak peduli, aku tetap mau di samping raja," Elsa menangis.
“Tapi aku mencintai tuan putri, apakah tuan putri tidak menyadarinya?”
“Aku sudah merasakan itu, namun aku tidak bisa mencintaimu, Peter. Aku tidak mau mengalami nasib sama seperti aku mencintai raja.”
“Tapi aku sudah mengatakannya pada tuan putri sekarang. Tidak bisakah aku mendapatkan cinta itu?”
“Maafkan aku, terima kasih atas pengorbananmu. Tapi sebagai istri aku tetap harus berada di samping raja bagaimanapun keadaannya, walaupun harus menderita. Asalkan aku tetap bersamanya.”
Elsa pun meninggalkan Peter dengan kesedihannya.

“Elsa, jika aku sudah tidak menjadi raja, apakah kau tetap akan bersamaku?”
“Tentu, Fritz.”
“Kenapa kau tetap mau berada di sampingku? Bukankah kau terpaksa saat menikah denganku?”
“Aku tidak pernah menyesal karena menikah denganmu, aku pikir kau yang terpaksa menikah denganku, karena takut teman-teman wanitamu menjauhimu.”
“Aku menyesal telah berteman dengan mereka. Mereka menceritakan keadaan-keadaanmu yang membuatku malu jika di dekatmu dan mereka sekarang menjauhiku karena aku bukan anggota keluarga istana lagi. Aku pikir mereka adalah teman terbaikku karena kami bersahabat sejak kecil.”
“Sudah kuduga, aku adalah wanita konyol dan tidak pandai. Tapi tenanglah, selama ini aku sudah berusaha agar tidak terlihat konyol dan lebih pintar.”
Fritz tersenyum. “Jadi, ayo kita pergi dari kerajaan ini. Kita bisa hidup bahagia di rumah sederhana dan kau bebas melakukan hal sekonyol apapun karena sudah tidak ada yang akan memperhatikan kita.”
“Sebentar, aku ingin pamit kepada seseorang yang peduli padaku selama ini, dia temanku.” Elsa berlari meninggalkan Fritz.

Elsa menemui Peter di taman istana. Peter merasakan sesuatu yang salah pada pertemuan mereka kali ini.
“Peter, terima kasih untuk selama ini. Aku yakin kamu bisa menemukan wanita lain, karena posisimu saat ini. Sekarang aku berterima kasih kepadamu, karena usahamu, aku akan pergi jauh bersama Fritz, aku sangat mencintainya dan kami akan hidup di sebuah tempat yang jauh dari orang-orang di kerajaan ini.”
Elsa melanjutkan, “Aku akan selalu mencari kabarmu dan jika kau sudah menemukan cintamu selain aku, aku akan mengirim surat padamu dan mengunjungimu bersama Fritz. Selamat tinggal.”


Tanpa menunggu jawaban Peter, Elsa berlari lagi dan menghilang saat itu juga bersama Fritz. Peter tidak akan berusaha mengejar, karena orang yang dicintainya sudah bahagia. Tidak ada alasan lagi baginya. Dalam kesendirian, Peter menangis, tidak tahu apakah harus bersedih karena kehilangan orang yang dicintainya, atau bahagia karena Elsa telah bahagia bersama Fritz.

silly story: a bit inspired by K-Drama 'Princess Hours'