Jumat, 30 Oktober 2015

Rainy Night Memories



Ketika cinta hampir menemukan jawabannya lewat tatapan mata dan kata-kata yang samar, khayalan selalu datang. Kita semua tahu, apa yang ada dalam khayalan tidak akan terjadi persis dan seringnya akan terjadi sebaliknya. Tapi tak apa. Berkhayal melakukan sesuatu yang menyenangkan bersamanya pun bisa membuat perut Elise dipenuhi kupu-kupu. Elise tidak tahu apakah ada rona merah di wajahnya. Hanya saja jawabannya sudah jelas pada tatapan matanya. Namun mereka sama-sama tidak bergerak. Sama-sama merasa kalau mereka berdua lebih baik diam. Parahnya lagi, sama-sama memilih untuk menunggu. Entahlah, menunggu apa.

            Saat itu jalanan sedang ramai di musim panas bulan Agustus ini. Elise hanya berjalan sendirian diantara kerumunan orang. Tidak ada yang dipikirkannya selain kilasan-kilasan memori saat ia melewati jalan yang sama, berjalan di bawah payung bersama Thomas di hari ulang tahunnya bulan Januari yang lalu, di jalanan yang sepi tersapu hujan di musim dingin, malam tidak terlalu gelap namun orang-orang lebih memilih untuk menghangatkan diri di dalam rumah mereka masing-masing, atau sekedar makan di dalam restoran yang hangat.
Tapi tidak dengan Elise. Ia sedang terburu-buru hingga tidak peduli hari hujan dan gerimis, tanpa payung, tanpa mantel ataupun jas hujan, dan kedinginan. Ia sendiri lupa dengan hari ulang tahunnya karena dia sudah sendirian terlalu lama dan terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Meskipun begitu, Elise menyukai seseorang, seseorang yang dia tidak pernah bisa membayangkan untuk bisa bersamanya. Hanya memandangnya dari jauh. Tapi tidak......
“Hai, kau mau kemana?” tiba-tiba sebuah payung ada di atasnya dan seorang laki-laki dengan postur tegap dan tinggi sudah ada di sampingnya, dan berbicara dengan hangat. Elise yang pemalu, tidak akan pernah berani menatap ke mata laki-laki tersebut. Ia hanya menoleh sebentar. Namun dia bisa merasakan mata laki-laki tersebut terus tertuju ke wajah Elise yang merah padam. “Aku terburu-buru ke teater,” Elise tetap berusaha ramah dan menatap lurus ke depan. “Kau mau ikut?” Elise mencoba berbasa-basi. “Ya, tentu saja. Aku juga ingin ke sana. Kebetulan bertemu kau. Aku sampai berlari untuk bisa mengejarmu. Jalanmu cepat sekali.” Goda lelaki tersebut. Tidak bisa dibayangkan betapa merah padamnya wajah Elise dan dingin seakan melukai kedua tangannya di malam ini. Dia hanya berbisik dalam hati betapa cerewetnya pria ini. Tidak seperti yang ia bayangkan selama ini. Pria tersebut juga sangat ceria, sangat bertolak belakang dengan Elise.
Sepanjang perjalanan, Elise hanya terdiam dan menjawab seadanya. Pria itu terus bercanda dan sesekali melihat ke wajah Elise, seakan memastikan, apakah Elise tersenyum mendengar candaan ringannya, atau...... lelaki itu hanya ingin melihat Elise saat tersenyum. Elise hanya berpikir, apa ini?
Akhirnya Thomas, lelaki tersebut, dan Elise berpisah karena Thomas bergabung teman-temannya yang tidak mengenal Elise. Dia lebih memilih duduk sendirian daripada bersama teman-teman Thomas. Banyak alasan untuk menolak bergabung.
Pertunjukan sudah dimulai beberapa menit yang lalu. Elise terlambat beberapa menit dan melewatkan setengah pertunjukkan Vynn, sahabatnya. Tapi mata Elise masih mengikuti arah Thomas berada. Sialnya, ternyata Thomas juga memandang ke arah Elise setiap kali dia menatapnya. Selama ini Elise selalu menjaga perasaannya sendirian, tidak mau Thomas dan orang lain tahu tentang perasaannya karena Vynn sudah mendekati Thomas. Dan Elise mengetahui banyak hal tentang Thomas dari Vynn. Hingga pertunjukan berakhir, Elise masih tidak bisa melupakan kejadian tadi. Perasaan Elise tidak seperti saat ia tidak mengharapkan Thomas untuk di sisinya. Apakah?
Di dalam sebuah restoran yang hangat, Elise dan Vynn duduk bersama di dekat jendela dengan pemandangan jalanan basah dan sepi, hampir tidak ada orang yang lewat. “Terima kasih, kamu sudah datang. Aku sempat mencarimu, ternyata kau datang, tepat saat aku melihat Thomas juga,” wajah Vynn terlihat lebih ceria dari biasanya, mungkin karena dia tahu Thomas datang ke pertunjukan. “Aku sangat tidak menyangka Thomas mau datang melihatku di pertunjukan. Padahal kemarin dia mengatakan padaku dia tidak bisa datang. Kau yang ulang tahun, kenapa aku yang diberi kejutan?” Elise tertawa karena apa yang dibicarakan Vynn ada benarnya juga. Dia jadi ingat hari ini hari ulang tahunnya. Apa Thomas tahu hal itu?
“Kau ingin makan apa? Aku ingin membelikan sesuatu yang sahabatku inginkan di hari ulang tahunnya,” Elise tersentuh, dan tidak bisa memikirkan apapun selain Thomas dan tidak bisa mengatakan apa-apa, padahal yang dia inginkan saat ini adalah Thomas. “Tidak usah membelikanku apapun, aku hanya ingin kau tetap jadi sahabatku apapun yang terjadi,” Elise tersenyum hangat.
“Aku sudah menduga kau tidak ingin apapun,” Vynn tersenyum dan memanggil seseorang yang membawa kue ulang tahun. Jean, sahabat yang selama ini ada di Montreal, yang selalu Elise rindukan, kini ada di hadapannya. Elise sangat bahagia dan memeluk Jean erat. “Aku sengaja tidak menghubungimu supaya kau tahu rasanya merindukan seseorang,” tidak disadari air mata Elise tumpah. Bukan hanya karena bertemu Jean, tapi juga karena perasaannya. “Maaf aku terlalu sibuk,” Elise kembali ceria, karena hari ini adalah hari bahagianya.
Kini, di jalanan yang ramai tersebut, Elise masih mempertimbangkan banyak hal. Pikirannya beralih kepada Vynn yang sedang patah hati, karena Thomas dengan jujur mengatakan bahwa dia menyukai orang lain. Bukan hanya itu, Thomas juga mulai menjauhi Vynn. Elise yang masih tetap menyembunyikan perasaannya, tetap bertahan dan masih sering memandang Thomas dari jauh, meskipun kadang Thomas mencoba duduk disampingnya dan sering tersenyum setiap mengetahui Elise sedang memandangnya. Hanya saja Thomas tidak pernah mencoba mendekatinya. Thomas juga sepertinya bercerita pada Vynn dan teman-temannya yang lain tentang orang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Elise yang bahkan Elise tidak tahu siapa orangnya dan membuatnya penasaran. Apakah Thomas hanya mengada-ada tentang orang tersebut untuk membuat Elise penasaran? Elise cepat-cepat menghilangkan pemikiran itu dari otaknya. Mungkin memang benar, siapapun orang itu, dia sangat beruntung.
Elise hanya berjalan dan tetap merasa bahagia dengan memori di malam saat hujan itu.


NP: Raindrops Keep Falling on My Head - B.J. Thomas
Sumber: google