Kamis, 07 Januari 2016

Open Trip ke Banyuwangi: Kawah Ijen - Baluran

Haii, sambutan hangat dari saya  di post yang masih hangaat  hangat sehangat hawa di Surabaya yang selalu bikin keleuussss.

Kali ini saya ingin menceritakan perjalanan liburan saya bersama teman-teman seperjalanan Open Trip Ijen-Baluran yang masih hangat juga.

Jadi saya seperti pengembara. Kurang tidur, jarang tinggal di rumah rasanya. Banyak sekali rencana. Rencana jalan-jalan tentu termasuk di dalamnya. Seminggu lebih baru sampai di Surabaya setelah dari Bekasi mampir ke rumah om sama formasi keluarga lengkap (cuma 4 orang) naik kereta dan merasa seperti Harry Potter di kelas ekonomi, *tsahhh* pagi setelah tahun baru tanggal 1 Januari 2016 kemarin saya cus lagi ikutan open trip ke Banyuwangi bersama para chingu yang sama, yang suka jalan-jalan dari SMA, ehem ituloh yang semua dari kami rela bohong supaya bisa ke Bromo. Padahal masih ingusan juga, sampe kena tilang gara-gara gak punya SIM meski gak jadi. Terima kasih pada alamat yang tertera di STNK hahaha.

Padahal rencananya pengen ke Ranu Kumbolo tapi pada akhirnya tergiur ikutan Open Trip jiahh.

Meeting point ELF yang disediakan pengelola open trip ini adalah di Bungurasih. Kami ber-empat berangkat ke bungurasih dengan menumpang mobil Kiki yang diantar papanya. Enak banget sih, jadinya kan saya nggak perlu naik bis dari JMP  ke Bungurasih seperti rencana B jika papa Kiki gak bisa nganter. Setelah sampai, kami semua peserta Open Trip berasa kencan buta. Selama ini kami berkomunikasi sok akrab dan bercanda lewat jejaring sosial tanpa pernah ketemu langsung. Nggak kenal semua sama pesertanya. Mereka berasal dari latar yang berbeda-beda. Ada yang masih sekolah, kuliah diploma (mungkin hanya saya dan satu teman saya wkwk), S1, S2, sudah kerja, dan yang lain yang nggak saya ketahui. Bahkan tour leadernya juga masih mahasiswa semester 9. Setelah kami semua di-briefing oleh TL, kami berangkat lebih awal dari yang dijadwalkan, kira-kira pukul empat kurang seperempat. Ya, ini pertama kalinya kami ikut open trip. Banyak yang bilang kalau ikut open trip lebih mahal. Tapi kelebihannya, nggak ribet. Tinggal berangkat. Mereka semua yang urus. Cuman bawa perlengkapan pribadi yang diperlukan saja.

Perjalanan demi perjalanan kami lalui dengan ELF eksekutif isi 20 orang ini. Sampai di daerah Bangil, ELF yang kami tumpangi mogok. Kami peserta hanya turun dari ELF dan menunggu penyelesaian dari sopir, TL, dan koordinasi dari program ini. Kira-kira sejam kami menunggu, hingga maghrib.

ELF melaju, saya tidur, sampai dibangunkan teman saya untuk melihat PLTU di Paiton yang terkenal. Ternyata juga tidak jauh juga sampai di RM Utama Raya. Tunggu. Kami semua seketika bernostalgia jaman SMP masing-masing. Karena pada tur perpisahan ke Bali, sekolah kami berhenti di sini juga. 4,5 tahun yang lalu. Perubahan mencolok tentu bisa kami tangkap. Tempat ini semakin besar dan lengkap saja. Teman saya yang katanya lupa menjamak sholat isya senang karena lupa tadi saat sholat maghrib karena mushola untuk sholat di RM ini bagus hahahaha. Kalau saya memang tidak berniat menjamak karena tahu pasti akan berhenti lagi.

Berlanjutlah perjalanan kami setelah makan malam yang menurut saya so-so. Sudah kenyang, lanjut tidur. Nggak kerasa aja tiba-tiba sudah sampai di pos-pos menuju Ijen. Malem-malem dingin dan sepi....
Eh
Pas sampe di tempatnya
Berasa liat terminal
Nggak nyangka ternyata rame banget..
Tapi yaudahlah sih..

Yeheeeyy siap menuju Blue Fire yang katanya cuma ada 2 di dunia :D
Disana ada guide lagi, jadi di Ijen kami punya dua guide. Yang satu laki-laki yang startnya di Ijen, khusus Ijen, satunya lagi ya TL yang start dari Bungurasih tadi.
Kami dibriefing lagi dan berujung pada sewa masker seharga 25rb yang bayar di akhir. Katanya kalau nggak pakai masker nggak bisa liat blue fire dari dekat, minimal 100 m katanya. Takutnya ada bau belerang. Saya yang baru pertama kali naik gunung tentu saja menyewanya. Nah, teman saya yang pecinta alam nih, bimbang. Mau nyewa nggak yaaa.
Tapi kakak TL cewek bilang kalau ada bau belerang kami perlu jongkok karena biasanya bau belerang tidak menyentuh tanah setinggi 90 cm. Nada mereka serius. Sampai bilang, 'tahun kemarin ada juga yang mau ngeliat blue fire, nggak kuat bau belerang terus lemes dan dibawa ke rumah sakit, kira-kira ada 7 orang. Bikin nge-down. Ikutan nyewa deh si anak PA. Padahal kan maunya diantara kami berempat maunya gantian dan patungan biaya sewa masker. Tapi begitulah, jadinya kami semua nyewa juga.
Perjalanan menuju blue fire dimulai pukul 1 malam. Entah menurut pendengaran saya, jalur menuju ijen dibuka pukul 1 pagi. 
Pagi-pagi gelap dan dingin. Dengan senter kami berjalan berombongan 3 km jauhnya. Yah cuman 3 km sih. Tapi kerasa juga kok capeknya. Kalau nggak kuat bisa bilang ke teman lainnya biar ditunggu. Memang harus saling menunggu. Malam benar-benar gelap, dan peserta kan nggak tahu medan jalan. Kan serem. Yah meskipun rame juga sih. Jadi jalur ke kawah ijen itu tidak sesulit jalur pendakian gunung-gunung lain, karena memang seperti tempat wisata, kawah ijen ini sudah ramai dan ada banyak keluarga yang mengajak anaknya ke kawah ijen ini. Kuat sekali, dek! 1 km jalan landai, sisanya menanjak.

Setelah satu setengah jam, sampai juga kami di kawah ijen. Nggak bisa dilihat. Kan masih gelap. Tujuan kami adalah blue fire. Jadi kami turun kawah. Demi apa. Demi blue fire. Kami melewati jalanan berbatu dan rawan terpeleset. Karena gelap, kami tidak bisa melihat samping kiri kanan apakah jurang apakah apa. Kecuali kalau memang tebing bisa buat pegangan atau sandaran *eaaaa, nggak tahu. Kami hanya mengandalkan cahaya senter untuk melihat jalan mana yang bisa kami lewati. Hanya muat seorang pula, jadi kami berbaris. Kadang juga wisatawan harus mengalah pada pekerja tambang belerang yang lewat membawa batu belerang yang terlihat berat menaiki jalan bebatuan yang dibebankan pada bahu mereka. Saya sampai bersyukur, tas carier yang berat dibawakan oleh teman saya, botol aqua yang tadinya membebani tas juga dibawa oleh teman saya yang satunya. Saya hanya membawa senter dan berjalan paling belakang diantara kami berempat. Karena si guide dan rombongan lain sudah tidak terlihat lagi ujung hidungnya. Kami mencari jalan yang sekiranya dilewati banyak orang. Oh iya, ada rombongan dari kami yang tidak ikut turun ke kawah untuk melihat blue fire. Tapi meskipun merasa capek, saya merasa rugi bila tidak melihat blue fire secara langsung. Menakjubkan! Saya suka perjalanan tersebut. Masih jauh juga sih blue fire-nya. Rasanya capek, tapi ngerasa seru juga. Keinginanlah yang membawa saya kesana. Saya malah menikmati rasa letih dan pegal kaki saya demi pengalaman. Sampai dekat blue fire, saya tidak bisa menangkap momennya karena kemampuan dan kamera saya tidak mumpuni. Gelap gitu lho. Untung kami masih nutut untuk lihat blue firenya. Sekalian istirahat. ISTIRAHAT APA. Berdiam diri malah membuat tubuh semakin menggigil. Sifat saya yang nggak sabaran muncul gara-gara kedinginan. Saya sampai mengajak teman-teman saya yang juga merasa kedinginan naik ke atas tanpa menunggu rombongan dan TL. Nggak kuat dingin. Untung masih punya etika buat pamit duluan supaya nggak nyari. Jadilah kami memanggil-manggil gak jelas. Eh ternyata dua TL berada nggak jauh dari kami berlima. Berawal dari sanalah akhirnya TL menyuruh rombongan untuk foto bersama. Setelah itu barulah kami naik bersama-sama. Untung saja. Awalnya ngerasa serem juga, turun aja capek dan jauh, apalagi naik. Dan setelah beberapa saat kami naik, hari semakin terang. Jelas pula pemandangan indahnya. Nggak perlu senter lagi. Kami beberapa kali berhenti untuk berfoto karena pemandangannya memang bagus. Danau di Kawah Ijen yang hijau mulai terlihat. Blue Fire juga menghilang.

AAaaah rasanya perjalanan lebih ringan ketika pagi menjelang. Dingin yang menusuk semakin berkurang. Ada saatnya saya merasa lebih ringan saat naik jalanan berbatu daripada menuruninya. Apalagi saya sudah menyediakan diri saya membawa tas carier yang hanya berisi jas hujan milik empat orang yang tidak terpakai akhirnya, yang daritadi dibawa oleh teman saya si anak PA hehe. Rasanya ringan. Ya, Ringan. Sampai atas, kami di atas Kawah Ijen. Tidak seperti tadi, menuruni kawah. Di atas kawah ijen banyak orang. Wah, ramai sekali. Padahal di foto-foto yang tersebar di internet, terlihat sepi. Mungkin karena liburan kali ya. Liburan tahun baru. Setelah puas berfoto, dan foto bareng rombongan sambil megang banner dan ada tiga peserta tambahan (3 bule, satu berwajah kaukasian, satu bule timur tengah, satu lagi bule asia) tiba-tiba ikutan nimbrung foto bareng hahahaha. Mulailah kami menuruni bukit dan jalan yang tadi malam kami lewati. 3 km jauhnya. Kami berjalan sambil melihat pemandangan yang tidak bisa kami lihat pada hari gelap, dan berfoto-foto tentunya. Kami juga bisa melihat lautan dari atas, selat Bali dan kabupaten Banyuwangi.

Bagian paling nggak enak ya yang pas turun menuju pos ini. Rasanya tas carier di punggung semakin berat dan alih kekuasaan untuk membawa pun berpindah punggung. Rasanya lutut mau copot. Tumit sakit, telapak kaki sakit. Lha, semuanya bertumpu pada kaki. Apalagi kan pas turun menahan. Rasanya lebih baik berlari daripada berjalan. Tapi ya itu susahnya, kalau ada orang di depan susah mengerem karena jalanan yang menurun. Lagian enak jalan sih haha. Kiki yang berlari duluan. Yang tidak kuat bisa naik ojek yang diseret oleh penduduk lokal dengan biaya 200rb turun. 800rb PP. Mereka berteriak, "Gojek!" "Taksi" dan lain-lain. Buset dah, di gunung lengkap bener angkutan umumnya. Kalau saya sih pengennya ada lift atau eskalator aja wkwkwk. Eh jangan ding, ga asik dong ntar.

Sampai juga di pos terakhir yang ramai sekali ini. Sampai-sampai kamar mandi pun antri. Sayangnya pas kami kesana tidak ada air. Nah, setelah teman-teman saya selesai urusannya, airnya ngalir dan akhirnya ada air hahaha. Setelah itu, kami berempat bersama teman baru sesama peserta yang masih kelas 3 SMA mampir di sebuah warung untuk mengisi perut, dan minum teh. Tapi saya hanya minum teh saja padahal biasanya juga sarapan tapi.... males karena sudah dari semalem perut mules hmmm..
Setelah ditunggu-tunggu kok nggak ada orang orang peserta rombongan yang lewat di warung tempat kami singgah, kami menuju ELF akhirnya.
Ternyata mereka semua sudah menunggu. Hanya kami berlima.
Ngerasa gak enak sendiri hmmmm
Alhasil kami berlima merasa bersalah.
Ternyata belum sarapan semua.
Pokoknya sebisa mungkin gak boleh kami datang paling akhir buat masuk ELF.

Setelah melanjutkan perjalanan ke tempat makan, kami semua se-ELF tepar. Menikmati indahnya alam mimpi dan masih belum mandi semua.
Akhirnya kami sampai di rumah makan, dan tempatnyaaaaa membuat kami ingin ke Bali saja. Lha wong kami makan sambil ngeliat pemandangan pulau Bali, ditambah pelabuhan Ketapang memang tidak jauh dari sana. Mengintip sedikit ke bawah sudah bisa melihat jernihnya air laut Banyuwangi. Jadi ingat manusia ikan pas SMP.

Kami semua termasuk TL mandi di rumah makan tersebut. Karena memang banyak kamar mandi di sana. Seperti memang disiapkan begitu rupa hahaha.
Nah, ini tidak termasuk biaya open trip yang telah kami bayarkan sebelum hari keberangkatan. Kami semua serombongan patungan makan di sini.
Saya suka makan di sini sih. Lebih enak dari yang sudah termasuk 2x makan dari trip ini yang rasanya so-so.

Setelah makan, lanjut perjalanan ke Taman Nasional Baluran. Saya lanjut tidur. Sampai di pos depan Taman Nasional ini. Masih masuk lagi ternyata dan jauh lewat hutan yang nggak rindang dan sejuk sama sekali sampai saya tidur lagi hahaha. Kami mampir ke pantai Bama yang masih termasuk area taman nasional ini. Tidak ada yang spesial kecuali pemandangan yang bagus dan cuaca yang panas. pantai Bama juga ramai. Semua tempat wisata yang saya lihat di jejaring sosial yang kelihatannya sepi ternyata ramai juga. Ya, warga butuh hiburan saat liburan. Kami pulang lebih awal juga. Dan tidak melihat sunset juga di Baluran ini. Katanya mbak TL mau lihat sunset :( tapi nggak apa apa sih, kami semua juga ingin cepat-cepat pulang.

Alhamdulillah kami sampai di Bungurasih dengan selamat dan berpisah dengan teman-teman peserta yang lain. Juga tiba lebih maju dari yang ada di jadwal. Kami tiba kira kira pukul setengah duabelas malam dan dijemput oleh papa dan mamanya Kiki.

Saya tidak bisa tidur dalam mobil. Entah kenapa. Sudah kebanyakan tidur di ELP  sih hahahaha.


Sudah, sekian cerita saya kali ini :D