Selasa, 12 April 2016

-

Alunan lembut mengiringi ketukan pelan yang tidak mungkin terdengar oleh siapapun kecuali si pengetuk tersebut. Tidak ada yang menyadari ketukannya. Alunan tersebut terlalu lembut hingga melenakan si pendengar. Malu. Itu yang dirasakan oleh pengetuk. Sedangkan seseorang di dalamnya hanya berharap ada yang mengetuk pintunya sementara dia tidak menajamkan telinganya. Ia terbuai dalam alunan dan secangkir kopi di meja. Dia duduk dengan memejamkan mata di depan tungku api.

Kepasrahan sudah menyelimuti seseorang di luar pintu. Kedinginan. Mengharapkan kehangatan seperti yang dirasakan orang di dalam ruangan, di balik pintu. Dia terus mengetuk pelan hingga ketukannya menjadi semakin lemah, bersama dengan tangannya yang memucat kedinginan. Berselimut kepasrahan, imajinasinya terus bergerak bebas membayangkan kebahagiaan jika ia terus mengetuk pintu. Ia merasa seperti gadis korek api. Sayangnya, ia bukanlah gadis korek api. Ia hanyalah seorang kedinginan yang sedang berusaha meruntuhkan harga dirinya.