Senin, 31 Agustus 2020

Belajar Melukis Menggunakan Cat Akrilik/ Acrylic Paints

Lama nggak buka blogger, agak kaget sama desain interface blogger yang berubah drastis. Butuh adaptasi sebentar dan sedikit ingin kembali ke antarmuka blogger yang lama haha. Padahal sepertinya juga baru beberapa bulan gak buka tapi sudah sama sekali berbeda. Seperti manusia, kalau lama gak disapa sudah kayak saling gak kenal.... skip skip. 

Kali ini mau share-share pendapat pribadi berdasarkan dari pengalaman coba-coba cat akrilik.

Jadi ini adalah sedikit ulasan ketika menggunakan cat akrilik JOYKO. Cat akrilik yang ekonomis dan cocok digunakan di media kanvas dan tote bag. Teksturnya lebih cair daripada cat akrilik merk lainnya. Ett tapi dia cocok banget tuh di bahan kain tote bag American Drill. Meresap dengan sempurna. Sayangnya, pernah sekali coba di tas yang bahannya dari kulit sintetis. Pas sudah kering, iseng-iseng pegang. Eh ngglodoki gaes. Alias lepas semuanya. Tidak menempel dengan sempurna. Kan namanya kulit sintetis kainnya tidak berpori. Beda dengan kain tote bag yang masih punya pori. Kain tote bag drill itu halus, porinya kecil kayak wajah artis korea. Enak banget kalau buat ngelukis pakai cat akrilik yang teksturnya cair kayak punya merk JOYKO ini. Hasilnya pun lempeng-lempeng aja di kainnya. 


Warnanya standout tapi gak bikin kaku tote bag. Hanya saja, kurang cocok di tote bag bahan kanvas yang kasar itu. Honestly, these acrylic colors need extra work on canvas tote bag. Harus dioles beberapa kali biar warnanya gak bolong-bolong gara-gara porinya tote bag kanvas yang gede sangat. Tembus pula :') Bakal butuh banyak banget. Pake yang teksturnya kental juga butuh banyak dong. Kalau di tote bag kanvas sih bagusan pake cat akrilik yang teksturnya lebih kental macam V-Tec atau Marie's. Ntar hasilnya bagus dan kaku abis di kanvas tote bag nya. Kaku tapi menyenangkan buat disentuh hehew.


Kalau kuasnya pakai kuas V-Tec sama Lyra Giotto, kuasnya lembut. Terus-terus nih, kalau di kanvas lukis gak masalah juga pakai mereka mereka ini sama pakai cat acrylic JOYKO perpaduan cat akrilik Marie's wkwkwk. Hasilnya bagusss, in my opinion. Kayak gini hasilnya.

Seru banget belajar melukis pakai cat akrilik murah murah hahah. Terus liat liat banyak referensi di Instagram juga sungguh menyenangkan. Namanya saja sedang belajar. Anyway, most of my paintings are inspired from Instagram artists. Some of them are drawn based on photograph references. Credit goes to all artists.

Jumat, 26 Juni 2020

Sebuah Pengalaman Makan di Warung Makan Bang Jul Kroya Cilacap

Ini adalah review ketika bepergian ke Cilacap bareng keluarga, setelah jalan-jalan dari pantai, kami -makan di pergi makan di suatu restoran. Letaknya di Kroya. Sepertinya terkenal enak, karena ini rekomendasi paklik yang nyetir mobil dan sudah berpengalaman melalang buana di banyak tempat. Ini juga alasan kenapa saya mau review resto ini, ya karena memang rasanya enak, tempatnya nyaman, pelayanan baik, plus harganya terjangkau. Wah, sudah mirip template ulasan di marketplace ehehehe.




Warung Makan Bang Jul ini konsepnya lesehan tapi tetap ada meja dan kursi buat yang nggak lesehan. Untuk tempat lesehan ini terbuat dari bambu dan ada di atas kolam ikan. Waktu kami kesana restonya agak sepi. Anginnya semilir juga dan waktu itu ada banyak orang juga tapi semuanya di tempat pertemuan di resto ini. Semacam aula. Untuk menunya, ada cumi, cah kangkung,  ayam bakar, bebek bakar, lele bakar dan makanan lainnya khas lesehan. Kalau menurut saya ya menunya hampir mirip kayak Warung SS di Surabaya. Ha! Ada juga di Gresik Driyorejo, konsep rumah makan mirip-mirip begini, menu makanannya juga mirip, tapi di pinggir sawah. Mungkin akan saya share di post selanjutnya~

Lanjut ke menu makanan, waktu itu kami pesan cumi asam manis, cumi goreng tepung, cah kangkung, lele goreng, dan menu tambahan tempe. Kalau menu minumannya ada teh tawar, manis, kopi hangat, jeruk hangat atau es dan menu jus buah-buahan. Menurut saya rasanya enak, dan khas warung lesehan lainnya. Di tiap gazebo lesehan terdapat tempat cuci tangan plus sabun cuci tangan. Makan di resto lesehan memang paling lengkap kalau makannya pakai tangan. Terasa alami wkwk.

Setelah lapar hilang, saya lanjut melihat-lihat ke sekeliling warung. Fasilitasnya lumayan lengkap, ada wi-fi, musola, toiletnya juga nyaman. Di bagian depan dekat meja kasir ada kulkas yang isinya minuman kemasan semacam yang ada di minimarket.











Jumat, 15 Mei 2020

Art Supplies Review: Cat Akrilik Maries vs V-Tec

Saya waktu itu beli cat akrilik karena mendengar.. membaca kabar dari beberapa website di pencarian google kalau mereka bisa untuk melukis di atas kain tote bag. Wah, saya juga ingin fashionable pake tas tote dengan sentuhan artistik tangan saya hahahaha. Yah, meskipun bisa disablon juga dan banyak seniman yang juga berkarya lewat tools digital. Tapi, tapi, yang manual pengalamannya lebih bermakna karena kalau salah tidak bisa undo :')

Nah, berbekal skimming baca referensi, saya memutuskan membeli cat akrilik yang terjangkau saja lah harganya. Pilihan saya jatuh ke Marie's dan V-Tec. Kuasnya juga satu set kuas merk V-Tec nomer ganjil 1-11 berjumlah 6 kuas. Media lukis pakai watercolor paper dan tote bag yang saya punya. Karena sayang kalau harus gagal di atas tote bag saya, maka saya berlatih menggunakan cat akrilik pakai watercolor paper. Menurut saya, kalau cat Marie's ini cepat kering. Jadi kalau mau ngeblend warna, pastikan kalau warna nya sudah siap di palet sama campuran-campuran warna yang sudah dibuat. Saya biasa mencampur V-Tec dan Marie's untuk menghasilkan warna yang saya inginkan. Karena saya beli warna yang berbeda untuk merk yang berbeda pula wkwk. Ketika menggunakan dua merk tersebut dicampur, tentu yang pengaruh cepat kering atau tidaknya ya yang banyak yang mana itu yang punya pengaruh.


Campuran V-Tec dan Marie's di atas watercolor pad

Saya pertama kali coba melukis pakai cat akrilik yang baik dan benar di atas media watercolor paper merk ARTeMEDIA dan Canson. Untuk cat Marie's mereka lumayan cepat keringnya. Tapi masih ada waktu buat nge blend warna dari atas sampai bawah. Sebisa mungkin kalau melukis pakai warna gini kertasnya jangan kertas yang tipis, karena cat akrilik ini sifatnya basah. Makanya namanya watercolor paper. Kertasnya tebal. Setelah tahu cara melukis pakai cat akrilik, saya coba langsung melukis di atas kain tote bag blacu merk nggak tahu. Awalnya saya pakai tote bag yang bahan blacu yang tipis dan nggak ada furingnya. Menyerap dengan sempurna. Sampai tembus :" makanya saya kasih alas papan di dalam tote bag biar gak tembus sampai bagian belakang. Di atas kain ini, sekali usap cat, langsung kering dengan begitu cepatnya. Kalau mau ngeblend, tidak ada waktu, bahkan untuk ngambil cat di palet wkwkw maaf saya hiperbola. Ngeblend bagian atas, yang bawah sudah keburu kering. Jadi kalau mau melukis di atas tote bag, usahakan gak usah pakai warna yang nge blend2 gitu deh. Kalau masih belajaran kayak saya, satu warna aja haha. Gambarnya pun yang simpel kayak logo boyband atau girlband Korea Selatan bukan Korea Utara. Saya gak ngikutin boyband atau girlband dari korut, kak. Biasanya logonya bentuk kotak kotak lurus.


Logo boyband Korea Selatan dicat di atas kain blacu


Percobaan melukis di atas kain tote bag. Pakai cat acrylic Marie's


Nah, setelah selesai nyoba Marie's, saya nyoba V-Tec. Nah, yang ini agak lama keringnya. Di atas media watercolor paper, saya mesti nunggu beberapa saat untuk cat ini biar kering. Kalau di atas media tote bag blacu, lumayan bisa buat nge blend warna karena sifatnya yang nggak cepet kering.
Perasaan, dulu saya beli V-Tec lebih murah. Eh, apa saya yang lupa ya. Nggak tahu deh. Tapi sekarang liat di toko online, V-Tec lebih mahal daripada Marie's. Hmmm memang sih, pengalaman cat nya lebih nyaman yang V-Tec hahaha. Lah kalau cepat kering pusing juga kalau pengen melukis gambar sunrise atau sunset. Kan gambar macam gitu perlu blend2 warna. 

Terakhir, saya mencoba melukis di atas kain tote bag lagi bahan drill. . Kalau di atas kain ini, luar biasa. Kainnya tebal, nggak tembus sampai ke belakang. Cuman memang setiap kain ada plus minusnya. Di atas tote bag ini memang hasilnya bagus, keliatan halus. Tapi ya itu, karena kainnya rapat-rapat beda sama blacu, dia butuh banyak cat. Menurut saya, untuk ukuran cat akrilik 30 ml di atas kain blacu, bisa lah ya buat 2 kali melukis gambar warna latar belakang penuh di atas tote bag. Sudah begitu saja review cat akrilik dari saya. See you

DIY Floral Makeful Tote Bag | Floral tote bags, Canvas bag diy ... 
source: pinterest



Acrylic Landscape Painting Techniques - Misty Forest with Sunrise ...
source: pinterest

Minggu, 08 Maret 2020

Review Buku Mochtar Lubis: Catatan Perang Korea

Waktu saya lihat bukunya pertama kali di Perpustakaan Balai Pemuda Surabaya, saya langsung tertarik dengan judulnya. Selain karena saya sedang terhipnotis karya-karya seorang artis dari Korea Selatan, juga karena beberapa waktu lalu saya sempat baca di salah satu artikel Deutsche Welle tentang bagaimana peliknya perang Korea yang terjadi di tahun 1950-an ini. Bagaimana banyak orang, tentara dan warga sipil yang harus dikorbankan. Dari ketertarikan itu, saya ambil, saya amati buku tersebut dan memutuskan untuk membacanya karena adanya nama Mochtar Lubis sebagai penulis, nama yang tidak asing bagi saya.

Benarlah. Setelah dibaca, tulisan beliau itu menarik hati. Sebagaimana karya-karya para penulis yang sudah sangat berpengalaman di dunia jurnalistik atau penulis karya-karya sastra, tulisannya mengalir dengan begitu jernih.

Buku ini adalah karya Mochtar Lubis pertama yang saya baca.

Mochtar Lubis adalah satu dari banyaknya wartawan PBB yang diundang untuk meliput perang Korea ini. Dalam ceritanya, tidak banyak wartawan yang bersedia merasakan langsung bagaimana keadaan di Korea selain karena ada kepentingan mereka. Kepentingan yang berbeda pula. Misalnya wartawan dari Filipina yang datang meliput ke Korea karena ada pasukan Filipina di Korea, wartawan dari Texas yang hanya peduli dengan pasukan Texas dari Utara, dan ada yang hanya mencari berita yang makes a good copy di negara mereka. Bahkan ada yang hanya tinggal di Tokyo dan mendapatkan berita dari wartawan yang terjun langsung di Korea. Bagi kebanyakan dari mereka, latar belakang perang Korea tidaklah terlalu penting untuk dibahas di dunia internasional. Dari yang saya baca, Mochtar Lubis ingin berbagi sudut pandang dari segi kemanusiaan di balik perang antara  Korea Selatan dan Korea Utara.

Kisah dalam buku ini dimulai dari perjalanan awal Mochtar Lubis atas undangan sebagai wartawan perang dari PBB untuk meliput perang Korea. Dari Jakarta, naik pesawat ke Surabaya untuk berhenti sejenak, isi minyak, lalu Balikpapan, lanjut Manila, dan Okinawa. Lalu perjalanan berlanjut di Tokyo, dan diceritakannya pemandangan kota yang rapi dan menyenangkan untuk dibuat jalan-jalan keliling kota. Sesuatu yang patut diapresiasi dari orang-orang Jepang yang cepat bangkit setelah peristiwa perang yang merusakkan kota. Diceritakannya juga adanya hotel khusus wartawan di Tokyo dengan fasilitas yang bagus. Setelah dari Tokyo, para wartawan perang PBB melanjutkan perjalanan menuju Pusan. Menurut saya, penuturan penulis tentang orang-orang Korea yang suka memakai pupuk dari kotoran manusia itu cukup menggelitik. Sampai-sampai ada pernyataan, "Kalau kelamaan tinggal di Korea kita akan ikutan bau kotoran manusia dan tidak bisa hilang meskipun mandi berkali-kali." Haha.

Dari Pusan, para wartawan menuju Taegu dengan menaiki jeep. Suasana di camp sangat berbeda jika dibandingkan dengan suasana di Tokyo. Debu yang tebal dari kendaraan-kendaraan militer dan ruang tidur yang sangat sempit menjadi sesuatu yang cukup menantang. Sebenarnya perang Korea ini adalah konflik kepentingan. Amerika saat itu mengerahkan kekuatan mereka untuk mempertahankan Korea Selatan dari pendudukan Korea Utara yang diperkuat oleh kekuatan Soviet yang saat itu ingin meluaskan faham komunisme, sedangkan Amerika berusaha membendungnya. Menurut penulis sendiri, dia menyatakan bahwa kita semua tidak bisa melihat hanya dari satu sisi. Karena semua pihak saat itu menderita akibat perang ini, apalagi masyarakat sipil yang tidak tahu apa-apa dan turut menjadi korban. 

Sebenarnya, pada awal ketika faham komunis hadir di Seoul, masyarakat menyambut baik karena rayuan manis akan kesejahteraan rakyat yang adil merata. Tapi, lama-kelamaan para penguasa menjadi semena-mena kepada rakyat dan membuat rakyat menderita.

Dalam buku ini juga ada cerita tentang bapak tua pemilik pohon berbuah, dia mengeluh karena buahnya diambil oleh tentara Amerika karena pihak Amerika sudah membayar sewa dan merasa berhak atas semua buah dari pohon tersebut. Awalnya, para wartawan merasa kasihan terhadap bapak tua ini karena buah-buah nya sudah habis tak bersisa di pohonnya. Tapi kemudian rasa kasihan itu mendadak hilang waktu wartawan tersebut melihat sendiri bagaimana kasarnya bapak tua tersebut ketika ada warga kelaparan yang mendekati pohon buah tersebut. Masih untung pohon dia disewa dan dia mendapat bayaran dari tentara Amerika. Kalau saja bertemu pasukan Korea Utara, sudah habis pohon itu dibagi-bagikan kepada semua orang.

Di bagian akhir, buku ini bercerita tentang pemimpin Korea Utara, Kim Il-sung dan pemimpin Korea Selatan, Syngman Rhee. Kim Il-sung dipandang sebagai seorang pahlawan yang saat pendudukan Jepang melakukan perjuangan melawan Jepang. Sedangkan Syngman Rhee hidup sebagai seorang pemimpin politik dalam buangan di luar negeri. Dia mencari bantuan ke Amerika untuk menjamin kemerdekaan Korea dan mencegah Jepang untuk menguasai Korea, tapi perjuangannya tersebut tidak berhasil. 

Menurut saya, buku ini membuka perspektif kemanusiaan dibalik kisah perang dalam sebuah sejarah. Antara komunisme Soviet dan liberalisme Amerika, sebenarnya semua punya kekurangan dan kelebihan masing-masing, tergantung pada pemimpin mereka. Namun, di Indonesia, pandangan yang kita gunakan adalah Pancasila yang sesuai dengan kepribadian rakyat Indonesia yang terdiri dari beragam latar belakang dan budaya.