Minggu, 18 September 2022
Life
Jumat, 08 Januari 2021
Pengalaman Pertama Kali Mendaki ke Gunung Semeru
Korban pemandangan gunung di jalur mudik.
Salahnya disini.. Tidak mau memaksakan makan roti buat masuk perut. Asam lambung kambuh, terus udara dingin, jadi masuk angin. Rasanya makin dingin saja. Kami baru sampai Ranu Kumbolo kira-kira jam 10 malam. Lama juga ya.. Masih merasa sehat waktu di Ranu Kumbolo meskipun perut sakit karena tadi kelaparan. Menu malam pertama di Semeru adalah omelet dan nasi. Setelah makan malam, perut saya masih terasa sakit. Disini saya sadar kalau maag mulai kambuh dan minum obat maag karena nggak segera makan waktu lapar. Sudah makan langsung tidur, tapi tidurnya nggak bisa nyenyak karena udara di Semeru dingin sekali.. Padahal si jaket sudah sangat tebal kalau digulung mirip sleeping bag, tapi masih kedinginan.
Paginya, berfoto-foto di danau Ranu Kumbolo seperti biasanya. Kalau sudah begini pemandangannya sih bikin nggak bisa berhenti buat foto-foto atau video pemandangan. Menyimpan gambar sebagai kenangan gitu deh. Setelah sarapan pagi yang dimasakkan sama mas-masnya, kami melanjutkan perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati. Oh iya, waktu sarapan kami juga sempat mengobrol sambil bercanda sama peserta lain dan mas-mas open trip. Lalu ada celetukan yang menurut saya lucu sekaligus agak ironi semacam, "Ini memang orang-orang kurang kerjaan menghabiskan waktu 4 hari 3 malam di gunung capek-capek. Hahaha."
Hm. Gimana ya. Saya yang merasa pengen ketawa, tapi sempat juga setuju, "Iya ya?" Lalu ada penyangkalan lagi, "Lah, kan yang dicari pemandangan sama udara dingin yang nggak bisa ditemui di Surabaya." Ya kali kalau saya tinggal di gunung mungkin sudah bosan kalau disuruh lihat pemandangan gunung lagi. Tapi juga kan mendaki itu kegiatan yang bisa membuat tubuh bergerak bonus pemandangan hijau-hijau pohon di hutan yang perlahan habis dibabat pelaku kapitalisme. Plus, bisa dapat teman baru, bisa berbagi pengalaman dan topik obrolan seru. Intinya sebuah perjalanan tentu ada pelajaran di dalamnya. Bisa jadi lebih bijak dalam hidup. Cieeh.
Sebelum lanjut perjalanan, kami berfoto dulu. Nah, sesudah berfoto ini, tiba-tiba tubuh terasa lemah. Awalnya saya bawa tas carrier Sunita, karena tidak semua barang dibawa ke Kalimati. Rencananya mau membawa tas itu bergantian. Banyak logistik dan pakaian yang sengaja dikumpulkan dan ditinggal di satu tenda di Ranu Kumbolo dijaga sama satu porter yang kami sewa. Sepertinya porternya nggak sampai Kalimati. Barang-barang tersebut ditinggal untuk meringankan beban pendakian. Kami pun melanjutkan naik Tanjakan Cinta. Namanya Cinta, tapi berat bagi saya. Ya Allah, sungguh terasa berat naik tanjakannya. Sangat menanjak. Turunnya pun juga menurut saya cukup curam seperti hampir 90 derajat kemiringannya. Pas turun menuju oro-oro ombo, saya sampai memilih untuk perosotan karena berasa nggak kuat lagi menyangga badan. Belum ada yang sadar kalau saya sedang nggak enak badan. Saya sendiri masih nyoba buat dikuat-kuatkan. Padahal waktu itu udara mulai hangat tapi saya masih kedinginan dengan memakai jaket tebal. Membuat orang-orang terheran. Sampai waktu berjalan di padang rumput oro-oro ombo itu saya berjalan sangat lambat sampai ketinggalan jauh dari semua peserta trip termasuk mas-mas PJ open trip. Untung ada sahabat saya. Melihat ada yang nggak beres, tas carrier langsung diminta buat dibawa dia.
Sampai Cemoro Kandang barulah mas-mas ini tahu kalau saya sedang tidak enak badan. Jadilah, tim dibagi menjadi 3: paling depan, yang fisiknya kuat, tengah-tengah, dan yang paling belakang. Ditaruhlah saya di tim paling belakang. Dengan keadaan yang sering mual, saya banyak berhenti. Tentu peserta lain yang paling depan terus jalan, sudah tidak terlihat sama sekali. Tim tengah-tengah kadang ikut berhenti, kadang terus, kadang bertemu di tengah perjalanan. Tapi yang pasti saya selalu di belakang bersama mas-mas sweeper. Yang paling sabar lah pokoknya. Seringnya berdua, karena kondisi fisik saya yang sedang di titik terlemah, dan berjalan sangat lambat. Karena bukan perjalanan malam hari, maka tim berpencar. Tapi tetap sweeper akan berada di baris paling belakang. Memastikan tidak ada peserta yang ketinggalan.
Waktu istirahat di tengah hutan antara Cemoro Kandang dan Jambangan, sempat ada mas-mas yang memerhatikan kami dari jauh, lama sekali. Sepertinya itu mas-mas semalam yang sempat ikut rombongan open trip kami.
Sampai di Jambangan saya beristirahat yang agak lama sambil menyeruput air hangat supaya perut lebih nyaman. Waktu itu sedang cerah-cerahnya sampai pemandangan Mahameru terlihat jelas. Si mas-mas sweeper sempat menawari saya untuk berfoto dengan latar Mahameru. Tapi, mood saya sedang tidak mendukung untuk berfoto atau memotret apapun. Seakan semuanya muram. Penyakit meriang sepertinya menyedot semua keindahan yang ada di sekitar saya. Semuua perhatian saya terfokus pada perut saya yang sakit dan menyiksa.
![]() |
Perjalanan dari Ranu Kumbolo - pulang ke rumah |
![]() |
Perkebunan dekat Ranu Pani |
![]() |
Kalimati |
Senin, 31 Agustus 2020
Belajar Melukis Menggunakan Cat Akrilik/ Acrylic Paints
Lama nggak buka blogger, agak kaget sama desain interface blogger yang berubah drastis. Butuh adaptasi sebentar dan sedikit ingin kembali ke antarmuka blogger yang lama haha. Padahal sepertinya juga baru beberapa bulan gak buka tapi sudah sama sekali berbeda. Seperti manusia, kalau lama gak disapa sudah kayak saling gak kenal.... skip skip.
Kali ini mau share-share pendapat pribadi berdasarkan dari pengalaman coba-coba cat akrilik.
Jadi ini adalah sedikit ulasan ketika menggunakan cat akrilik JOYKO. Cat akrilik yang ekonomis dan cocok digunakan di media kanvas dan tote bag. Teksturnya lebih cair daripada cat akrilik merk lainnya. Ett tapi dia cocok banget tuh di bahan kain tote bag American Drill. Meresap dengan sempurna. Sayangnya, pernah sekali coba di tas yang bahannya dari kulit sintetis. Pas sudah kering, iseng-iseng pegang. Eh ngglodoki gaes. Alias lepas semuanya. Tidak menempel dengan sempurna. Kan namanya kulit sintetis kainnya tidak berpori. Beda dengan kain tote bag yang masih punya pori. Kain tote bag drill itu halus, porinya kecil kayak wajah artis korea. Enak banget kalau buat ngelukis pakai cat akrilik yang teksturnya cair kayak punya merk JOYKO ini. Hasilnya pun lempeng-lempeng aja di kainnya.
Warnanya standout tapi gak bikin kaku tote bag. Hanya saja, kurang cocok di tote bag bahan kanvas yang kasar itu. Honestly, these acrylic colors need extra work on canvas tote bag. Harus dioles beberapa kali biar warnanya gak bolong-bolong gara-gara porinya tote bag kanvas yang gede sangat. Tembus pula :') Bakal butuh banyak banget. Pake yang teksturnya kental juga butuh banyak dong. Kalau di tote bag kanvas sih bagusan pake cat akrilik yang teksturnya lebih kental macam V-Tec atau Marie's. Ntar hasilnya bagus dan kaku abis di kanvas tote bag nya. Kaku tapi menyenangkan buat disentuh hehew.
Kalau kuasnya pakai kuas V-Tec sama Lyra Giotto, kuasnya lembut. Terus-terus nih, kalau di kanvas lukis gak masalah juga pakai mereka mereka ini sama pakai cat acrylic JOYKO perpaduan cat akrilik Marie's wkwkwk. Hasilnya bagusss, in my opinion. Kayak gini hasilnya.
Jumat, 26 Juni 2020
Sebuah Pengalaman Makan di Warung Makan Bang Jul Kroya Cilacap
Setelah lapar hilang, saya lanjut melihat-lihat ke sekeliling warung. Fasilitasnya lumayan lengkap, ada wi-fi, musola, toiletnya juga nyaman. Di bagian depan dekat meja kasir ada kulkas yang isinya minuman kemasan semacam yang ada di minimarket.
Jumat, 15 Mei 2020
Art Supplies Review: Cat Akrilik Maries vs V-Tec


Minggu, 08 Maret 2020
Review Buku Mochtar Lubis: Catatan Perang Korea
Menurut saya, buku ini membuka perspektif kemanusiaan dibalik kisah perang dalam sebuah sejarah. Antara komunisme Soviet dan liberalisme Amerika, sebenarnya semua punya kekurangan dan kelebihan masing-masing, tergantung pada pemimpin mereka. Namun, di Indonesia, pandangan yang kita gunakan adalah Pancasila yang sesuai dengan kepribadian rakyat Indonesia yang terdiri dari beragam latar belakang dan budaya.
Minggu, 15 Desember 2019
Review Makaroni Pedas Asin di Surabaya (Macaroni Cuck dan Makaroni Ngehe)
Setelah beli level 3, hari-hari selanjutnya saya penasaran sama yang level 5. Repuchase ke-dua adalah rasa asin lagi dan plastikan lagi. Beli satu aja, karena pengen nyoba makaroni lain yang ada di internet-internet warga Surabaya. Waktu lihat mas nya nyampur makaroni dan bumbu-bumbunya saya pengen wahing-wahing, padahal waktu beli yang level 3 enggak wahing. Ditawarin buat ngincip, tapi sudah tahu rasanya, mas. Maaf kutolak.
![]() |
Kemasan Cuck - staples |
![]() |
Sendoknya tugel :( gara-gara masuk tas |
![]() |
Kemasan Ngehe. Tutupnya plastik elastis. Nggak kelihatan kalau sudah diambil satu makaroni |