Jumat, 30 Oktober 2015

Rainy Night Memories



Ketika cinta hampir menemukan jawabannya lewat tatapan mata dan kata-kata yang samar, khayalan selalu datang. Kita semua tahu, apa yang ada dalam khayalan tidak akan terjadi persis dan seringnya akan terjadi sebaliknya. Tapi tak apa. Berkhayal melakukan sesuatu yang menyenangkan bersamanya pun bisa membuat perut Elise dipenuhi kupu-kupu. Elise tidak tahu apakah ada rona merah di wajahnya. Hanya saja jawabannya sudah jelas pada tatapan matanya. Namun mereka sama-sama tidak bergerak. Sama-sama merasa kalau mereka berdua lebih baik diam. Parahnya lagi, sama-sama memilih untuk menunggu. Entahlah, menunggu apa.

            Saat itu jalanan sedang ramai di musim panas bulan Agustus ini. Elise hanya berjalan sendirian diantara kerumunan orang. Tidak ada yang dipikirkannya selain kilasan-kilasan memori saat ia melewati jalan yang sama, berjalan di bawah payung bersama Thomas di hari ulang tahunnya bulan Januari yang lalu, di jalanan yang sepi tersapu hujan di musim dingin, malam tidak terlalu gelap namun orang-orang lebih memilih untuk menghangatkan diri di dalam rumah mereka masing-masing, atau sekedar makan di dalam restoran yang hangat.
Tapi tidak dengan Elise. Ia sedang terburu-buru hingga tidak peduli hari hujan dan gerimis, tanpa payung, tanpa mantel ataupun jas hujan, dan kedinginan. Ia sendiri lupa dengan hari ulang tahunnya karena dia sudah sendirian terlalu lama dan terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Meskipun begitu, Elise menyukai seseorang, seseorang yang dia tidak pernah bisa membayangkan untuk bisa bersamanya. Hanya memandangnya dari jauh. Tapi tidak......
“Hai, kau mau kemana?” tiba-tiba sebuah payung ada di atasnya dan seorang laki-laki dengan postur tegap dan tinggi sudah ada di sampingnya, dan berbicara dengan hangat. Elise yang pemalu, tidak akan pernah berani menatap ke mata laki-laki tersebut. Ia hanya menoleh sebentar. Namun dia bisa merasakan mata laki-laki tersebut terus tertuju ke wajah Elise yang merah padam. “Aku terburu-buru ke teater,” Elise tetap berusaha ramah dan menatap lurus ke depan. “Kau mau ikut?” Elise mencoba berbasa-basi. “Ya, tentu saja. Aku juga ingin ke sana. Kebetulan bertemu kau. Aku sampai berlari untuk bisa mengejarmu. Jalanmu cepat sekali.” Goda lelaki tersebut. Tidak bisa dibayangkan betapa merah padamnya wajah Elise dan dingin seakan melukai kedua tangannya di malam ini. Dia hanya berbisik dalam hati betapa cerewetnya pria ini. Tidak seperti yang ia bayangkan selama ini. Pria tersebut juga sangat ceria, sangat bertolak belakang dengan Elise.
Sepanjang perjalanan, Elise hanya terdiam dan menjawab seadanya. Pria itu terus bercanda dan sesekali melihat ke wajah Elise, seakan memastikan, apakah Elise tersenyum mendengar candaan ringannya, atau...... lelaki itu hanya ingin melihat Elise saat tersenyum. Elise hanya berpikir, apa ini?
Akhirnya Thomas, lelaki tersebut, dan Elise berpisah karena Thomas bergabung teman-temannya yang tidak mengenal Elise. Dia lebih memilih duduk sendirian daripada bersama teman-teman Thomas. Banyak alasan untuk menolak bergabung.
Pertunjukan sudah dimulai beberapa menit yang lalu. Elise terlambat beberapa menit dan melewatkan setengah pertunjukkan Vynn, sahabatnya. Tapi mata Elise masih mengikuti arah Thomas berada. Sialnya, ternyata Thomas juga memandang ke arah Elise setiap kali dia menatapnya. Selama ini Elise selalu menjaga perasaannya sendirian, tidak mau Thomas dan orang lain tahu tentang perasaannya karena Vynn sudah mendekati Thomas. Dan Elise mengetahui banyak hal tentang Thomas dari Vynn. Hingga pertunjukan berakhir, Elise masih tidak bisa melupakan kejadian tadi. Perasaan Elise tidak seperti saat ia tidak mengharapkan Thomas untuk di sisinya. Apakah?
Di dalam sebuah restoran yang hangat, Elise dan Vynn duduk bersama di dekat jendela dengan pemandangan jalanan basah dan sepi, hampir tidak ada orang yang lewat. “Terima kasih, kamu sudah datang. Aku sempat mencarimu, ternyata kau datang, tepat saat aku melihat Thomas juga,” wajah Vynn terlihat lebih ceria dari biasanya, mungkin karena dia tahu Thomas datang ke pertunjukan. “Aku sangat tidak menyangka Thomas mau datang melihatku di pertunjukan. Padahal kemarin dia mengatakan padaku dia tidak bisa datang. Kau yang ulang tahun, kenapa aku yang diberi kejutan?” Elise tertawa karena apa yang dibicarakan Vynn ada benarnya juga. Dia jadi ingat hari ini hari ulang tahunnya. Apa Thomas tahu hal itu?
“Kau ingin makan apa? Aku ingin membelikan sesuatu yang sahabatku inginkan di hari ulang tahunnya,” Elise tersentuh, dan tidak bisa memikirkan apapun selain Thomas dan tidak bisa mengatakan apa-apa, padahal yang dia inginkan saat ini adalah Thomas. “Tidak usah membelikanku apapun, aku hanya ingin kau tetap jadi sahabatku apapun yang terjadi,” Elise tersenyum hangat.
“Aku sudah menduga kau tidak ingin apapun,” Vynn tersenyum dan memanggil seseorang yang membawa kue ulang tahun. Jean, sahabat yang selama ini ada di Montreal, yang selalu Elise rindukan, kini ada di hadapannya. Elise sangat bahagia dan memeluk Jean erat. “Aku sengaja tidak menghubungimu supaya kau tahu rasanya merindukan seseorang,” tidak disadari air mata Elise tumpah. Bukan hanya karena bertemu Jean, tapi juga karena perasaannya. “Maaf aku terlalu sibuk,” Elise kembali ceria, karena hari ini adalah hari bahagianya.
Kini, di jalanan yang ramai tersebut, Elise masih mempertimbangkan banyak hal. Pikirannya beralih kepada Vynn yang sedang patah hati, karena Thomas dengan jujur mengatakan bahwa dia menyukai orang lain. Bukan hanya itu, Thomas juga mulai menjauhi Vynn. Elise yang masih tetap menyembunyikan perasaannya, tetap bertahan dan masih sering memandang Thomas dari jauh, meskipun kadang Thomas mencoba duduk disampingnya dan sering tersenyum setiap mengetahui Elise sedang memandangnya. Hanya saja Thomas tidak pernah mencoba mendekatinya. Thomas juga sepertinya bercerita pada Vynn dan teman-temannya yang lain tentang orang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Elise yang bahkan Elise tidak tahu siapa orangnya dan membuatnya penasaran. Apakah Thomas hanya mengada-ada tentang orang tersebut untuk membuat Elise penasaran? Elise cepat-cepat menghilangkan pemikiran itu dari otaknya. Mungkin memang benar, siapapun orang itu, dia sangat beruntung.
Elise hanya berjalan dan tetap merasa bahagia dengan memori di malam saat hujan itu.


NP: Raindrops Keep Falling on My Head - B.J. Thomas
Sumber: google 

Minggu, 14 Juni 2015

Madakaripura Waterfall

Here we go!

Let's check it out! The story I've promised to ya'll if you read the previous article in this blog. Yuk cussss. Cekidot. (come on, check it out)

Madakaripura Waterfall.

This waterfall is located in Lumbang, Probolinggo, East Java. I visited this place after I went to Bromo before. Such a delightful adventure. Being a liar 'Bocah Petualang' (Adventurer kid) for 2 days. Yeah, I was a rebellious kid for 2 days, because I lied to my parents to go to Bromo, by motorcycle. It was a dangerous thing I ever did (dangerous? proud about it?) and I felt guilty. I just thought it didn't matter because teenagers have a fearless soul.

It didn't take a long time from Bromo to this waterfall, by motorcycle.
The entrance is only IDR5,000 a person. If someone like a local guide took you to guide you through the waterfall, make sure that you know the price of their guide service. In my experience, they just looked like friendly people who didn't require a cost and didn't say anything about the cost. But in the end, you must pay an exact number amount of money for his/her guidance service without bargained. It because my friends and I were just a group of teenagers who could be easily fell to his mock. We're too fool to not checking the price. It was the second time we fell to the lies by a local guide on this trip. But that was much better than in Bromo. Maybe it was our karma (?) because we lied to our parents. So this was the second time we paid more expensive than the proper cost for a guide service. We couldn't bargain.

After taking a long walk time, we arrived at the waterfall. It's a peaceful place and scary at the moment. The guide said that we could scream out our hopes at this waterfall. Made no sense, huh. We passed rocks by rocks. Stepped into a sloping riverbank through the current of the river, and got wet. Like a rainy day, but it wasn't. It was a waterfall's dripping water. You couldn't shun from getting wet. That's why the guide suggested us to wear the raincoat. The importance is; if you brought a camera, you could bring out your waterproof for your camera nor your handphone. Make sure that you go to Madakaripura, not on a rainy day. This waterfall could be closed because it could be dangerous.

At the time I got there, circa 3 years ago, it was a quiet place. Not many tourists and the track was still difficult. The tourists were just 9 people (my friends, me, and a couple). 
I heard from my friend who just visited this place that the tracks are more accessible than 3 years ago. Such good news for you is all who want to visit this place.

Spamming pictures begins.. :D






My friend

*All pictures were taken by the guide

Rabu, 22 April 2015

Mt. Bromo, Indonesia



They Said, “It’s crazy and bizarre!”

Before, my friend has shared this at her blog: Link
However, I’m still gonna talk about my adventures in Bromo (with my version lol), one of the so many beautiful mountains in Indonesia. You will be stunned by panoramas in Bromo, and it will be one of your unforgettable adventures in your life. Especially if your experiences are unusual. You will see the adventure of 6 girls by motorcycle, how people stunned about them and thought of how crazy they were.  

I was amazed when they said, “We’re not going to Devi’s home in Malang anymore, we are gonna go to Bromo!” I couldn’t say anything except I was so happy and felt like I had lied to my parents about that. Yeah, we had had a plan that we’re gonna go to Malang by train, not Bromo by motorcycle, but that’s the story, aaand the journey began. We chose the track from Probolinggo. There was no problem except a little accident in the ascent of the road of Bromo. On the trip, there was little rain in the slope of the mountain on the way. For the trip to Bromo, we don't need to worry about being lost because there were many signs to reach Bromo along the road. All along the road, I stunned by the green terrace scenery, the best view of nature. On the way of the trip, we lost our friends in 1 motorcycle because her bike was a kind of old motorcycle. Then, when I saw two girls in Bromo, I thought that luckily we were, we found the girl who drove a motorcycle too. But, I realized that they were my lost friends, then we stop our motorcycle, put off our rainy coat, and took a picture!
Captured!

We arrived at dusk and hurried to find a rented house for prayer, because there was no mosque anymore. Most of Tengger people are Hinduism. We rented a house to sleep for a night and must wake up at 3 am to see the sunrise of Bromo. We’re all must pay 200 ribu rupiah for that, and that rented house was just circa 300 meters from the entrance of Bromo.
We woke up at 5 am, far from our expectation at 3 am, but it's okay to see the sunrise of Bromo. We took the dawn at Penanjakan 2
Here was the sunrise from Penanjakan 2


For so many people, it will be a better view if you look at the sunrise of Bromo from Penanjakan 1 on the Pasuruan track. Who cares.

After sunrise, we went to the savannah of Bromo, there was so much sand, black sand, a lot of sand! Like a desert, but it was not as hot as the desert. With the cold air, we drove our motorcycle through that sands. That made us sometimes slipped, yeah, there are a lot of sands in Bromo. We arrived in the grass field. The green hill in this place is like in the Teletubbies hills and area. 

Savannah of Bromo



After savannah, the next was the Bromo Crater. In Bromo crater, we could see Mount Batok, next to Mount Bromo. The good view from Bromo is Batok, be honest, I think.




But not at all, It's beautiful too ;)





The beautifulness of nature and I


Soo green!


After that, we packed our stuff at 9 am and went to Madakaripura Waterfall. Just circa 30 minutes, we arrived at Madakaripura. I will post about Madakaripura Waterfall, well, maybe in the next post. See you.

Sabtu, 04 April 2015

Betapa Tabahnya Hujan Bulan Juni


Setabah dirinya yang selalu merindu dalam diam, menanti tanpa ragu, namun berharap kisahnya berakhir seperti hujan bulan juni.



HUJAN BULAN JUNI

Oleh: Sapardi Djoko Darmono



tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu


tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu


tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu    



Selasa, 24 Februari 2015

Surabaya Heritage Track of Museum HoS

Hello everyone! I’m going to tell you about my visit to the Museum in Surabaya. Not really in the Museum, it’s about my trip by bus, bus from Museum House of Sampoerna in Surabaya. It’s a cigarette museum, and enjoy my travelling in my lovely city Surabaya ;)



I went to this museum to show my lovely friends this museum because they had never known anything about this museum and the important thing was to search for a nice spot of a nice picture haha. But unfortunately, I couldn’t enter this museum because I was just 17 to 18 years old for 5 days later at that time. We will be shown about the history of Sampoerna by this museum, maybe, because I’ve never entered this museum (for further more about this museum and what's inside you could see this: Link). My friends did. I just took for the Surabaya Heritage Track bus. This bus took me travelled around historical buildings in Surabaya. For you who likes a free charge service, it such a happy thing to travel without waste money ;D

Maybe that was my luck because I travelled this bus with a group of foreign tourists, such a nice trip and environment ;)
I chose the route schedule at 3 p.m; it's the last time of the bus to operate. I saw the bus schedule to operate in front of the museum. (I'm sorry I wasn't taking any picture of the schedule)
I’ll tell you the route of this bus below.

The first building we visited is the post office. This post office is one of the historical buildings in Surabaya. Once, this post office was a Train Station in colonial-era long time ago. I haven't known as well precisely, because I focused on my camera lol.

Inside the post office
Accidentally taking a pic of this mbak
Outside of the post office

From this post office, we took for a walk in the church. I’d never gone to the church before. But that time, I entered the church, and the guide said that this church was under construction. I had known from this that SMPN 2 Surabaya is in front of this church near the post office.

Under-construction Church


After that, we went to De Javasche Bank, a bank in the colonial era, but it’s not a bank anymore. It’s just a historic building, and that was the first money printing machine in this bank, and the guide told us about everything. From the very very secured money storage, money from times to times, and the history of this building.

Money bunker
That was a money bunker which I told you before, a very very secured money storage. With propeller protection from iron, iron bars, and yellow-coloured haha


Moneeyy


The first Indonesian money printing machine


This Javasche Bank is soo historical, you could see this history inside the building.

Inside De Javasche Bank





For a moment, I wish I could get a route with this bus to visit Hong Tiek Hian in Surabaya and entered this place because I wonder about what’s inside this Buddhist prayer place. I just need to see the route schedule in front of this museum door, haha. I’ve been here two times and have tried at least three routes of this bus but I have never entered this museum because I wasn’t 18 yet (Now I’m 18 ^^)

For the information, this museum required for 18+ years old visitors, maybe because it will show you everything about cigarettes and this founder museum. If you are haven’t 18 yet, you could enter this museum with your parents. When you came to this museum, you would felt the smell of tobacco everywhere filled the entire room...
Those who have ever entered this museum said that in this museum, we could see the workers of Sampoerna roled so many cigarettes. But now, the place of these workers not in this museum anymore, I haven't known exactly the current location.

If you are not with your parents, so many alternatives to take, you could take the bus tour -like me- go entered the gallery (the gallery is small), and the cafe. I’ve never entered this cafe because I’m afraid of the expensive cost and many foreign tourists in this cafe. Haha.
I met my friends after that bus trip in front of this museum and took so many pictures together.



That’s all my experience in this museum, I just want to share a little information about a good place in Surabaya. See you ;)





Selasa, 10 Februari 2015

Suroboyo Carnival Night Market: Art and Wax House

Wax house juga ada di Surabaya, lho. Tepatnya ada di dalam SCNM ini. Memang tidak seterkenal Museum Wax Madame Tussauds, tapi tetap menarik juga, sih, untuk dijadikan spot berfoto. Di dalamnya, bukan hanya ada patung lilin, tapi juga trick art. Okeh pertama kalinya saya masuk ke dalam SCNM dan benar-benar masuk dalam artian, beli tiket dan masuk pintu loket. Karena sebelumnya saya pernah kesini dan hanya berpuas diri dengan berfoto di depan pasar malam ini karena antre dan keterbatasan waktu. Eits, kenapa pasar malam? Menurut saya, saat pertama kali masuk di area Carnival ini, yang terlintas di benak saya adalah pasar malam yang sering ada di kampung dekat rumah saya hehe, mirip sih.


Tampilan depan SCNM (Suroboyo Carnival Night Market)

Berjalan lagi agak jauh, saya menemukan pemandangan yang bagus, mungkin saya yang berlebihan, tapi menurut saya, konsepnya hampir mirip sama taman hiburan yang ada di foto-foto orang-orang yang sedang liburan di taman hiburan di luar negeri.

Setelah melihat ada sesuatu yang menarik, teman saya yang pernah ke sini ternyata belum pernah tahu tentang ini, mungkin museum ini baru di buka. Masuk gratis. Temanya tentang Surabaya gitu. Saya tidak terlalu mengingat nama museumnya. Sayangnya, pencahayaan di museumnya membuat suasana menjadi seram. Apalagi bahan-bahan di museum ini seperti barang-barang rongsokan. Yang paling menarik dari museum ini adalah kata-kata khas Suroboyoan ini:



Dari kiri atas: Jancok kuping ta centelan!
Kiri bawah: Ndasmu penceng
Ga pateken!

Saya pergi bersama 2 orang sahabat saya waktu itu. Tujuannya tak lain tak bukan hanya ingin masuk ke Art & Wax House yang ada di dalam pasar malam ini, salah satu wahana di pasar malam gitu deh. Mereka berdua ini sudah pernah di pasar malam ini, sampai bosan katanya hihi cuman belum pernah masuk di museum tujuan kami. Mereka bosan, saya penasaran. Oh iya, harga tiket hari biasa untuk pintu masuk pasar malam ini 20.000 rupiah, untuk museumnya 25.000 rupiah. Semoga tidak terbalik, soalnya ingatan ini sudah mulai melupakan itu semua. Jadi totalnya 45.000 rupiah, sebelum kami ingin naik wahana yang mirip London's Eye di London yang besar itu, yang dalam sekali putaran membutuhkan waktu 30 menit. Saya lupa namanya kalau di bahasa Indonesiakan hehe. Pokoknya dalam bahasa sehari-hari saya sih ini namanya 'dermulen'. Disebut kincir angin? Mungkin bisa. Untuk naik wahana ini harus membayar 10.000 rupiah, sekali putaran, hanya beberapa menit yang sebentar, dan menurut saya terbayar dengan pemandangan kota Surabaya setelah sampai puncak.



Gemerlap lampu SCNM dari ketinggian

Benar juga, teman kuliah saya yang notabene anak kost kelihatan tidak bahagia saat menceritakan pengalamannya berkunjung di pasar malam ini. Mahal, kata dia.

Yang mengesankan, pada bagian belakang pasar malam ini, dekat rumah hantunya, lebih mirip taman dan kesan pasar malam lenyap seketika tergantikan kesan Taman Hiburan Remaja Surabaya, dan membuat saya bernostalgia.

Kembali ke Art & Wax House.



Papan petunjuk arah

Menyenangkan berkunjung ke museum ini, banyak spot menarik untuk berfoto dan tertawa bersama. Bagaimana tidak, berfoto di sini harus mengorbankan harga diri demi sebuah kreativitas hahaha. Mulai dari tiduran, telentang, jungkir walik, ekspresi aneh, sampai yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Untung saja, saat kami berkunjung, sedang sepi. Serasa museum milik kami bertiga. Rasa malu kami bertiga pun hanya disaksikan oleh yang bisa melihat keadaan di sana saja. 


Pertama masuk museum, kami langsung disuguhi lukisan tiga dimensi anak tangga di tembok. Sayangnya, kami gagal mendapat foto yang terlihat 'nyata'. Kemudian ada semacam patung kakek yang terperangkap dalam tong. Kalian bisa 'say hi' dengan kakeknya loh! hahaha. Yah di dekatnya banyak berjejer bingkai lukisan (lagi). Kemudian masuk semakin ke dalam, ada lukisan ular 3D, lalu kursi 'ajaib' di atas awan yang semula, sebelum saya tahu langsung, saya kira orang-orang dalam foto itu mengedit foto mereka. Ternyata sangat sederhana. Kalian tinggal duduk, lalu seakan melayang. Ternyata ini semua ada di sini. Saya kira dulu mereka foto di studio foto juga, sih. Kemudian ada lukisan panda dan ular yang sangat besar di tembok. Teman saya langsung bersemangat sama panda nya. Hitung-hitung dia mengenang masa lalu lah wkwk. Kemudian lukisan ular. Cuma lukisan ular, apalah, saya tidak takut sama sekali malah saya ajak selfie.. Masih lebih menakutkan ular yang ada di film barbie putri duyung. Tapi kasihan juga yang ofidiofobia.. 


Masuk lagi semakin ke dalam lebih dalam.. Saya menemukan 'para perenang', gorilla, gajah, toilet berdiri, jurang, dan lain-lain. Ke dalam lagi, saya sempat merasakan sensasi diselamatkan dari ketinggian, Venice, tinju, dan suasana (sedikit) Hollywood. Ada bintang MU lengkap sama kostumnya kalau saya salah atau lupa hahaha. Saya juga bertemu patung-patung lilin mulai dari Chaplin, Einstein, Bruce Lee, Mr. Beans, Zombie(?), dan lain-lain.


Patung lilinnya memang tidak seberapa banyak, sih, tapi okelah.
Saat semua spot yang menarik dirasa sudah terambil dalam foto, kami sudah menemukan pintu keluar museumnya saja. Kok sedikit sih? Itu yang kami bertiga keluhkan, karena tidak sesuai dengan ekspektasi haha, hingga akhirnya mencoba lagi kembali untuk mencari spot menarik kembali dan menemukan pengunjung museum mulai berdatangan. Hingga bosan. Lalu keluar dan teman-teman mengajak saya yang belum pernah ke carnival ini untuk melihat-lihat. Mereka sudah bosan haha. Mereka berjalan menemani saja, aku yang melihat-lihat dan mendengarkan pengalaman mereka sebelumnya yang pernah kesini bak pemandu carnival ini hehe.

Sudah puas berlajan-jalannya, berhubung semakin malam, kami yang berencana untuk ke mie akhirat jika waktunya memungkinkan, langsung pulang ke rumah masing-masing.

Art and Wax House




Ampun makk jangan cubit aku

Gimme more please!

Einstein


Catatan penulis: Informasi ini sudah lama. Sudah lama saya nggak kesana. Setahu saya ada perubahan harga dan lain-lainnya. Link update SCNM

Jumat, 16 Januari 2015

Northern Sky

Menulis sambil mendengarkan musik di hari hujan. Hm menyegarkan. Kenapa hujan selalu bermakna dalam bagi sebagian orang-orang? Apalagi hujan itu bukan hujan deras, hujan ringan. Bagiku hujan yang seperti itu adalah berkah, juga indah. Suaranya, gemericik air yang jatuh ke tanah, sangat indah, seperti mengembalikan setiap kenangan. Kenangan yang indah tentunya, karena aku menganggap hujannya indah. Aku mendengarkan lagu dari penyanyi-penyanyi terkenal dari Britania Raya. Lagunya menyentuh, kata-kata dari setiap liriknya terangkai indah, dan ada sebagian lagu-lagu tersebut bermakna sangat dalam bagiku.

Salah satunya lagunya Nick Drake, berjudul Northern Sky. Sebelumnya aku tidak pernah peduli apa itu Northern Sky (aku berasumsi bahwa sama-sama Northern-nya lah hehe), Northern Lights, aku ingin mengartikan keduanya Langit utara dan Cahaya utara, yang belakangan aku ketahui itu adalah Aurora Borealis. Aku mengetahui tentang aurora itu, namun sebatas pengetahuan bahwa Aurora hanyalah cahaya berwarna-warni di malam hari yang ada di langit Kutub Utara. Aku tidak pernah berpikir untuk kesana karena mendengar kata ‘Kutub Utara’ aku membayangkan akan menjadi beku dan sendirian bersama beruang-beruang dan penguin-penguin kutub untuk melihat Aurora itu. Aku membaca dari sebuah blog seseorang bahwa dia pernah melihat Aurora yang dia impikan, bersama teman yang membuatnya jadi lebih spesial. Dari ceritanya tersebut, aku terinspirasi sesuatu. Aku ingin kesana juga, melihat Aurora itu. Apalagi setelah mendengar lagu Northern Sky, makin kuat rasa penasaran itu. Ternyata ada Aurora Australis, yang berada di Kutub Selatan dan bisa dilihat di dataran Australia. Namun, menurut beberapa sumber, Aurora di Kutub Selatan cahayanya kurang kuat. Memang orang-orang lebih menyukai Northern Lights sepertinya, daripada Southern Lights, seperti menancap dalam impian orang-orang, apalagi pecinta travelling dan fotografer. Dan menikmati Aurora memang harus diperhitungkan matang-matang, karena Aurora tidak akan muncul disaat langit mendung, dan tergantung musim dan bulan juga, begitu sih. Ada suatu cerita seseorang yang kurang beruntung ingin melihat Aurora di Tromso, suatu daerah di Norwegia, melihat Aurora disaat cuaca tidak mendukung dan di bulan yang tidak tepat, apalagi tidak punya banyak waktu karena keterbatasan biaya juga. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman tersebut dari yang mempunyai pengalaman, bahwa kalau mau melihat Aurora, salah satunya, harus tau bulan bulan terbaik Aurora muncul dengan jelas.

Ada banyak tempat untuk bisa menikmati Aurora Borealis, salah empatnya adalah Rusia, Alaska, Islandia, dan Norwegia. Dan menurut beberapa sumber, Tromso, Norwegia adalah tempat terbaik untuk melihat Aurora tersebut, karena berada di tengah-tengah cahaya tersebut muncul. Selama pencarian gambar-gambar di internet, aku melihat kebanyakan Aurora berwarna hijau, dan ada yang hijau bercampur merah muda, mungkin itu saat matahari terbit karena latar belakang Aurora tersebut tidak gelap, atau sesuatu yang lain, aku tidak tahu. Yang jelas lagu Northern Sky telah membawaku lebih jauh untuk membuat tempat dimana Aurora Borealis ini bisa dilihat menjadi salah satu tempat impianku.


Sumber: National geographic website


Now playing: Nick Drake - Northern Sky
16/01/15