Ketika cinta hampir menemukan jawabannya lewat tatapan mata dan kata-kata yang samar, khayalan selalu datang. Kita semua tahu, apa yang ada dalam khayalan tidak akan terjadi persis dan seringnya akan terjadi sebaliknya. Tapi tak apa. Berkhayal melakukan sesuatu yang menyenangkan bersamanya pun bisa membuat perut Elise dipenuhi kupu-kupu. Elise tidak tahu apakah ada rona merah di wajahnya. Hanya saja jawabannya sudah jelas pada tatapan matanya. Namun mereka sama-sama tidak bergerak. Sama-sama merasa kalau mereka berdua lebih baik diam. Parahnya lagi, sama-sama memilih untuk menunggu. Entahlah, menunggu apa.
Saat itu jalanan sedang ramai di musim panas bulan Agustus ini. Elise hanya berjalan sendirian diantara kerumunan orang. Tidak ada yang dipikirkannya selain kilasan-kilasan memori saat ia melewati jalan yang sama, berjalan di bawah payung bersama Thomas di hari ulang tahunnya bulan Januari yang lalu, di jalanan yang sepi tersapu hujan di musim dingin, malam tidak terlalu gelap namun orang-orang lebih memilih untuk menghangatkan diri di dalam rumah mereka masing-masing, atau sekedar makan di dalam restoran yang hangat.
Tapi tidak dengan Elise. Ia sedang terburu-buru
hingga tidak peduli hari hujan dan gerimis, tanpa payung, tanpa mantel ataupun
jas hujan, dan kedinginan. Ia sendiri lupa dengan hari ulang tahunnya karena
dia sudah sendirian terlalu lama dan terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.
Meskipun begitu, Elise menyukai seseorang, seseorang yang dia tidak pernah bisa
membayangkan untuk bisa bersamanya. Hanya memandangnya dari jauh. Tapi
tidak......
“Hai, kau mau kemana?” tiba-tiba sebuah payung ada
di atasnya dan seorang laki-laki dengan postur tegap dan tinggi sudah ada di
sampingnya, dan berbicara dengan hangat. Elise yang pemalu, tidak akan pernah
berani menatap ke mata laki-laki tersebut. Ia hanya menoleh sebentar. Namun dia
bisa merasakan mata laki-laki tersebut terus tertuju ke wajah Elise yang merah
padam. “Aku terburu-buru ke teater,” Elise tetap berusaha ramah dan menatap
lurus ke depan. “Kau mau ikut?” Elise mencoba berbasa-basi. “Ya, tentu saja.
Aku juga ingin ke sana. Kebetulan bertemu kau. Aku sampai berlari untuk bisa
mengejarmu. Jalanmu cepat sekali.” Goda lelaki tersebut. Tidak bisa dibayangkan
betapa merah padamnya wajah Elise dan dingin seakan melukai kedua tangannya di
malam ini. Dia hanya berbisik dalam hati betapa cerewetnya pria ini. Tidak
seperti yang ia bayangkan selama ini. Pria tersebut juga sangat ceria, sangat
bertolak belakang dengan Elise.
Sepanjang perjalanan, Elise hanya terdiam dan
menjawab seadanya. Pria itu terus bercanda dan sesekali melihat ke wajah Elise,
seakan memastikan, apakah Elise tersenyum mendengar candaan ringannya, atau......
lelaki itu hanya ingin melihat Elise saat tersenyum. Elise hanya berpikir, apa
ini?
Akhirnya Thomas, lelaki tersebut, dan Elise
berpisah karena Thomas bergabung teman-temannya yang tidak mengenal Elise. Dia
lebih memilih duduk sendirian daripada bersama teman-teman Thomas. Banyak
alasan untuk menolak bergabung.
Pertunjukan sudah dimulai beberapa menit yang
lalu. Elise terlambat beberapa menit dan melewatkan setengah pertunjukkan Vynn,
sahabatnya. Tapi mata Elise masih mengikuti arah Thomas berada. Sialnya,
ternyata Thomas juga memandang ke arah Elise setiap kali dia menatapnya. Selama
ini Elise selalu menjaga perasaannya sendirian, tidak mau Thomas dan orang lain
tahu tentang perasaannya karena Vynn sudah mendekati Thomas. Dan Elise mengetahui
banyak hal tentang Thomas dari Vynn. Hingga pertunjukan berakhir, Elise masih
tidak bisa melupakan kejadian tadi. Perasaan Elise tidak seperti saat ia tidak
mengharapkan Thomas untuk di sisinya. Apakah?
Di dalam sebuah restoran yang hangat, Elise dan
Vynn duduk bersama di dekat jendela dengan pemandangan jalanan basah dan sepi, hampir
tidak ada orang yang lewat. “Terima kasih, kamu sudah datang. Aku sempat
mencarimu, ternyata kau datang, tepat saat aku melihat Thomas juga,” wajah Vynn
terlihat lebih ceria dari biasanya, mungkin karena dia tahu Thomas datang ke
pertunjukan. “Aku sangat tidak menyangka Thomas mau datang melihatku di
pertunjukan. Padahal kemarin dia mengatakan padaku dia tidak bisa datang. Kau
yang ulang tahun, kenapa aku yang diberi kejutan?” Elise tertawa karena apa
yang dibicarakan Vynn ada benarnya juga. Dia jadi ingat hari ini hari ulang
tahunnya. Apa Thomas tahu hal itu?
“Kau ingin makan apa? Aku ingin membelikan sesuatu
yang sahabatku inginkan di hari ulang tahunnya,” Elise tersentuh, dan tidak
bisa memikirkan apapun selain Thomas dan tidak bisa mengatakan apa-apa, padahal
yang dia inginkan saat ini adalah Thomas. “Tidak usah membelikanku apapun, aku
hanya ingin kau tetap jadi sahabatku apapun yang terjadi,” Elise tersenyum
hangat.
“Aku sudah menduga kau tidak ingin apapun,” Vynn
tersenyum dan memanggil seseorang yang membawa kue ulang tahun. Jean, sahabat
yang selama ini ada di Montreal, yang selalu Elise rindukan, kini ada di
hadapannya. Elise sangat bahagia dan memeluk Jean erat. “Aku sengaja tidak
menghubungimu supaya kau tahu rasanya merindukan seseorang,” tidak disadari air
mata Elise tumpah. Bukan hanya karena bertemu Jean, tapi juga karena
perasaannya. “Maaf aku terlalu sibuk,” Elise kembali ceria, karena hari ini
adalah hari bahagianya.
Kini, di jalanan yang ramai tersebut, Elise masih
mempertimbangkan banyak hal. Pikirannya beralih kepada Vynn yang sedang patah
hati, karena Thomas dengan jujur mengatakan bahwa dia menyukai orang lain.
Bukan hanya itu, Thomas juga mulai menjauhi Vynn. Elise yang masih tetap
menyembunyikan perasaannya, tetap bertahan dan masih sering memandang Thomas
dari jauh, meskipun kadang Thomas mencoba duduk disampingnya dan sering
tersenyum setiap mengetahui Elise sedang memandangnya. Hanya saja Thomas tidak
pernah mencoba mendekatinya. Thomas juga sepertinya bercerita pada Vynn dan
teman-temannya yang lain tentang orang yang tidak ada hubungannya sama sekali
dengan Elise yang bahkan Elise tidak tahu siapa orangnya dan membuatnya
penasaran. Apakah Thomas hanya mengada-ada tentang orang tersebut untuk membuat
Elise penasaran? Elise cepat-cepat menghilangkan pemikiran itu dari otaknya.
Mungkin memang benar, siapapun orang itu, dia sangat beruntung.